Pages

Labels

Senin, 30 Januari 2012

Pemikiran Hadis Prof. Dr. Edi Safri


Oleh: Andri Putra
                                                                            BAB I
PENDAHULUAN

Mengkaji dan memahami Hadîts secara mendalam dibutuhkan seperangkat ilmu dan kaedah-kaedah pokok yang mendasarinnya. Semua itu akan dijadikan sebagai pisau analisis sekaligus sebagai landasan teoritis dalam meneliti dan memahami Hadîts. Metode menjadi sangat penting ketika dihadapkan dengan penelitian ilmiyah, karena tanpa metode, penelitian tidak bisa dikatakan ilmiyah. Berangkat dari kata “metode” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dimaknai dengan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

Jumat, 20 Januari 2012

PEMIKIRAN HADIS IGNAZ GOLDZIHER


Oleh: Afdal

Biografi Ignaz Goldziher
Ignaz Goldziher seorang Yahudi yang lahir di Székesfehérvar, Hungaria pada tanggal 22 Juni 1850. Ia terlatih dalam bidang pemikiran sejak usia dini. Dalam usia lima tahun, ia mampu membaca teks Bibel "asli" dalam bahasa Ibrani. Kemudian dilanjutkan dengan mempelajari Talmud pada saat berusia delapan tahun. Dalam usianya yang ke dua belas, ia seorang siswa sekolah yang telah memulai membuat karya tulisnya yang pertama tentang nenek moyang Yahudi serta pengelompokannya. Pendidikan S1-nya bermula pada usia 15 tahun, Universitas Budapest menjadi pilihannya setelah ia lulus dari sekolah, untuk mempelajari sastra Yunani dan Romawi kuno, bahasa-bahasa Asia, temasuk bahasa Turki dan Persia. 

Selasa, 17 Januari 2012

Pemikiran Hadits G.H.A. Juynboll


Oleh: Abdul Jamar HSB
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Orientalisme yang pada awalnya adalah salah satu kajian keilmuan yang tergabung di dalam ilmu Antropologi, memiliki tujuan yang sama dengan ilmu induknya tersebut yaitu untuk mempelajari kebudayaan lain agar bisa menemukan kebudayaan terbaik yang bisa dijadikan kebudayaan pilot project bagi seluruh dunia.Namun pada perkembangan lebih lanjut, antropologi kemudian berubah menjadi sebuah kajian keilmuan dari sebuah bangsa Eshtablished terhadap kebudayaan yang outsiders. Karena masyarakat merasa mereka lebih berbudaya daripada masyarakat oriental (timur), baik itu timur jauh, timur tengah, timur selatan. Meliputi semua hal budaya, adat, norma dan juga agama-agama masyarakat timur.

Minggu, 15 Januari 2012

Pemikiran Hadits Prof. Dr. H. Daniel Djuned, M.A.


Oleh : M. Dzulkifli                            
BAB I
PENDAHULUAN

Sebagai sumber ajaran islam yang kedua[1], hadis memiliki posisi yag sentral dalam studi islam. Terbukti kajian terhadap hadis tidak pernah berhenti sejak masa transmisi, periwayatan, pengkodivisian, pensyarahan dan bahkan sampai sekarang. Lebih dari itu, kajian terhadap hadis tidak hanya populer di kalangan sarjana muslim saja, melainkan juga di kalangan sarjana barat.
Setelah usai perang salib sebagian (orang) barat memiliki siasat untuk meruntuhkan kaum muslim dengan memberikan keraguan dan kejanggalan dalam sumber yang menjadi pedoman kaum muslim. Berbagai usaha dikerahkan untuk mencapai tujuan tersebut, termasuk dengan mencanangkan adanya studi tentang keislaman dan ketimuran. Sarjana barat yang menggeluti dunia keislaman dan ketimuran akhirnya dikenal dengan orientalis. Seiring dengan semakin banyaknya orientalis yang menkaji tentang keislaman dan ketimuran, tidak dapat disangkal bahwa pemikiran yang berkembang juga merambah ke duania islam. Banyak intelektual-sarjana muslim yang mulai tergugah untuk mengkaji lebih jauh tentang pemikiran mereka. Sebagian mereka memiliki tujuan untuk mengkaji dan mengkritisi pemikiran orientalis dan sebagian yang lain ada yang terjebak dalam lingkar kerja (doktrin) mereka. Diantara para peneliti-intelektual muslim yang ikut menggeluti pemikiran orientalis yang menurut sebagian orang terpengaruh dengan para orientalis.

Pemikian Hadits Prof. Said Agil Munawwar


 Oleh: Sakuntari Ningsih
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Qari andal, hafizh Al-Quran, pakar fiqih dan ushul fiqh, pengajar pascasarjana di berbagai perguruan tinggi, muballigh dan pengisi berbagai acara di televisi, juri MTQ tingkat internasional di berbagai negara. Itulah sebagian di antara sederet atribut dan aktivitas yang disandang Prof.Dr. Habib Said Agil Husin Almunawar. 
Ulama intelektual ini memang memiliki banyak keahlian sehingga aktivitasnya pun menjadi sangat beragam. Sosok yang dibutuhkan banyak orang, enak diajak bicara, dan bersuara merdu, ini lahir di Kampung tigabelas Ulu, Palembang, pada tanggal 13 26 Januari 1954.
Meski sibuk dengan berbagai aktivitas, Habib Said Agil masih menunjukkan kelebihannya yang lain, menghasilkan karya-karya tulis yang berbobot. Bahkan ia tergolong penulis yang produktif, baik dalam bentuk buku, artikel, maupun makalah seminar., ia pun tak pernah meninggalkan tradisi yang dipelihara para habib dan ulama pada umumnya, yakni membaca wirid dan dzikir. Setiap hari ia tak lupa membaca al-wirdul-lathif, berbagai hizib, juga amalan-amalan yang terdapat dalam kitab Syawariq Al-Anwar, karya Sayyid Muhammad Al-Maliki.

Pemikiran Hadis Manna’ Al-Qaththan


Oleh: Dahleni Lubis
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Umat Islam mengalami kemajuan pada zaman kalsik (650-1250). Dalam sejarah, puncak kemajuan ini terjadi pada sekitar tahun 650-1000 M. Pada masa ini telah hidup ulama besar, yang tidak sedikit jumlahnya, baik di bidang tafsir, hadits, fiqih, ilmu kalam, filsafat, tasawuf, sejarah maupun bidang pengetahuan lainnya . Berdasarkan bukti histories ini menggambarkan bahwa periwayatan dan perkembangan pengetahuan hadits berjalan seirirng dengan perkembangan pengetahuan lainnya.
Menatap prespektif keilmuan hadis, sungguh pun ajaran hadis telah ikut mendorong kemajuan umat Islam. Sebab hadits Nabi, sebagaimana halnya Al-Qur’an telah memerintahkan orang-orang beriman  menuntut pengetahuan. Dengan demikian prespektif keilmuan hadits, justru menyebabkan kemajuan umat Islam. Bahkan suatu kenyataan yang tidak boleh luput dari perhatian, adalah sebab-sebab dimana al-Qur’an diturunkan. Bertolak dari kenyataan ini, Syaikh Manna’ al-Qaththan menyebutkan sebagai metode pemahaman terhadap suatu kepercayaan, ajaran atau kejadian dengan melihatnya  sebagai suatu kenyataan yang mempunyai kesatuan mutlak dengan waktu, temapat, kebudayaan, golongan dan lingkungan dimana kepercayaan, ajaran dan kejadian itu muncul. Dalam dunia pengetahuan tentang agama Islam, sebenarnya benih metode sosio-historis telah ada pengikutsertaan pengetahuan asbab al nuzul (sebab-sebab wahyu diturunakan) untuk memahami al-Qur’an, dan asbab al-wurud (sebab-sebab hadits diucapkan) untuk memahami al-Sunnah.

Sabtu, 14 Januari 2012

Pemikiran Hadits Prof. Dr. H. Ali Mustafa Ya’qub, MA


Oleh: Ramlan Agus Subowo
BAB I
PENDAHULUAN

A.                LATAR BELAKANG
Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an dalam Islam. Hampir semua jumhur ulama, terutama dari kalangan sunni dan syi’ah mengakui hadits sebagai sumber hukum. Bagi kaum Muslim di Indonesia, yang mayoritas beraliran sunni, hadits menjadi sumber penting yang dijadikan sebagai sandaran utama. Bahkan, upaya-upaya mengabaikan hadits di kalangan Muslim Indonesia dianggap sebagai upaya menghancurkan salah satu sendi agama Islam itu sendiri.
Dalam makalah ini pemakalah akan menerangka sedikit tentang pemikiran Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub.
B.                                         Batasan Masalah
Pemakalah hanya membahas sebagian pemikiran hadis Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub.
C.                                        Tujuan
Adapun tujuanya adsalah supaya pembaca tahu pemikiran hadis Prof. Dr. KH Ali Mustafa Yaqub.

Selasa, 10 Januari 2012

Pemikiran Hadits Prof.Dr.Munzier Suparta,M.A.


Oleh: Ihsanul Hadi al-Harzi 
BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Firman Allah: 
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
       “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S. Al-Hijr:9)    
            Adz-Dzikr dalam ayat ini mencakup Al-Qur’an dan –bila diteliti dengan cermat- mencakup pula As-Sunnah. Sangat jelas dan tidak diragukan lagi bahwa seluruh sabda Rasulullah yang berkaitan dengan agama adalah wahyu dari Allah sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:        
“Dan tiadalah yang diucapkannya (Muhammad) itu menurut kemauan hawa nafsunya.” (Q.S. An-Najm:3)
            Tidak ada perselisihan sedikit pun di kalangan para ahli bahasa atau ahli syariat bahwa setiap wahyu yang diturunkan oleh Allah merupakan Adz-Dzikr. Dengan demikian, sudah pasti bahwa yang namanya wahyu seluruhnya berada dalam penjagaan Allah; dan termasuk di dalamnya As-Sunnah. [1]

Pemikiran Hadits Dr. Daud Rasyid Sitorus, MA., LC

Oleh : Siti Aisyah
  1. Latar Belakang
Permasalahan yang selalu hangat ditegah masyarakat dari dahulu hingga sekarang adalah permasalahan yang muncul dari pemahaman terhadap suatu hadits yang sesuai dengan maksud yang dikehendaki Rasulullah saw. Sehingga  terlahirlah para ilmuan hadits yang memahami suatu hadits berbeda pemahaman.
Ditambah lagi dengan pemikiran orientalis terhadap suatu hadits yang pemahamannya sangat jauh berbeda dengan pemahaman ilmuan hadits muslim yang notebenenya menimba ilmu keagamaan di negeri timur.
Pemikiran orientalis bersumber dari pemikiran barat dalam memahami suatu hadits yang pemikirannya telah menjamur ditengah-tengah masyarakat. Sehingga di masyarakat selalu terjadi kesenjangan yang berakhir permusuhan antara sesama muslim.
Dan hal ini juga telah dialami oleh Dr. Daud Rasyid Sitorus. Yang mana beliau dimusuhi oleh sesama muslim sendiri yang pemahaman keagamaan mereka telah dipengaruhi oleh pemikiran liberal barat. Berbagai cara diusahakan mereka untuk menghalangi langkah keilmuan keagamaan yang telah beliau dapatkan dari negeri Timur Tengah.
Oleh sebab itu penulis mencoba menulis tentang pemikiran hadits Daud Rasyid Sitorus yang dianggap salah dimata para intelektual barat dan intelektual muslim yang berkiblat kebarat.

Minggu, 08 Januari 2012

PEMIKIRAN HADITS DR. MAHMUD HILAL-HILAL MUHAMMAD AL-SISI


 Oleh: Supriyanti

A.    Definisi Sunnah

1.      Sunnah Menurut Etimologi
Sunnah menurut etimologi adalah suatu tradi
si yang dilakukan seseorang, apakah tradisi itu baik ataupun jelek.

2.      Sunnah Menurut  Syariat
Jika kata sunnah dilakukan dalam syariat islam, maka maknanya adalah suatu yang diperintahkan atau dilarang atau dianjurkan oleh Rasulullah SAW, dalam bentuk ucapan dan perbuatan.

B.    Pemikiran Beliau Terhadap Hadits
1.      Sunnah Berdiri sendiri Dalam Menetapkan Suatu Hukum
Ulama yang berpendapat bahwa sunnah berdiri sendiri dalam menetapkan suatu hukum syar’i dalm sebagian perkara, mereka menyatakan dalil yang terdapat dalam al-Qur’an yang menyebutkan wajib taat dan mengikuti Rasulullah SAW, Allah SWT berfirman:

 يطع سول اطا ع الله                                                                                               من

“Barang siapa yang mentaati Rasulullah SAW itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah SWT”.(Qs. Al-Nisa’:80).

        Ayat ini menunjukkan bahwa wajib hukumnya taat kepa Rasulullah SAW terhadap perintah dan larangannya, tanpa membedakan antara sunnah sebagai penjelasan atau sunnah sebagai penguat, atau sunnah yang berdiri sendiri.
 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates